Bukan saja sangat ketakutan, mereka juga lari sekuat tenaga ke berbagai arah untuk menyelamat diri. Beruntung, tak seorang pun berhasil disusul gajah, sehingga semuanya selamat dari serudukan ataupun injakan hewan bertubuh jumbo itu.
Saking takutnya dan lari berpencar di hutan, para penderes itu tak sempat lagi mengontrol atau menghitung jumlah mereka. Saat kembali ke desa barulah mereka kaget ternyata yang kembali hanya 29 orang.
Seorang teman mereka, Nurani, warga Desa Cot Punti, Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya, dilaporkan tersesat dan hilang di hutan saat menghindar dari kejaran gajah. Ditunggu lama dan dicari-cari, ia tetap tak kelihatan. Setelah enam jam berselang, sekitar pukul 13.00 WIB kemarin, barulah Nurani yang sebelumnya dikabarkan hilang, kembali ke desanya dengan raut wajah trauma dan kondisi fisik yang sangat kelelahan.
Untuk kembali ke desanya, Lhok Pange, penderes karet itu harus pula menyeberangi Sungai (Krueng) Nagan sambil berenang. Menurut Sayuti Sulaiman, warga Desa Lhok Pange, kepada Serambi, hingga kemarin masyarakat yang sebelumnya rutin menderes karet di wilayah itu belum satu pun berani kembali ke kebun karetnya, karena masih trauma dan khawatir diuber-uber kembali oleh kawanan gajah. “Sungguh kami sangat ketakutan. Oleh karenanya, kami minta pihak terkait segera mengatasi gangguan gajah ini, sehingga masyarakat tani bisa beraktivitas normal kembali di wilayah ini,” harap Sayuti.
BKSDA diminta turun
Secara terpisah, tokoh pemuda Kecamatan Seunagan Timur, Tgk Dun kepada Serambi mengemukakan harapannya agar Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh segera menurunkan tim ke wilayah itu untuk mengatasi gangguan gajah yang kini makin meresahkan warga. Apalagi kawanan gajah itu sering beraksi di perkebunan warga dan makin dekat dengan permukimam penduduk. “Bayangkan betapa risau dan ruginya kami di sini. Gara-gara gangguan gajah, semua penderes terpaksa menghentikan aktivitasnya untuk menderes karet. Kalau sudah begini, mana ada uang masuk? Padahal, sebentar lagi Lebaran. Kami sekeluarga butuh uang. Ini persoalan serius, BKSDA harus segera turun sebelum terjadi hal-hal yang lebih fatal bagi masyarakat di Nagan Raya,” ujar Tgk Dun. edi/serambi Indonesia
0 comments:
Post a Comment